Gn. Kerinci

Gunung Kerinci adalah merupakan gunung tertinggi di pulau Sumatera dengan ketinggian 3.805 m dari permukaan laut. Gunung ini berada di perbatasan provinsi Sumatera Barat dan provinsi Jambi pada posisi geografi 10° 25,50’ LS dan 1010°160’ BT. Secara administrasi gunung ini berada dalam kawasan wewenang Taman Nasional Kerinci Seblat. Gunung berapi yang masih aktif ini juga merupakan gunung berapi tertinggi di kawasan Asia Tenggara. Jalur normal pendakian ke gunung ini hanya satu yaitu dari desa Kersik Tuo dekat dengan kota Sungai Penuh yang berada dalam wilayah provinsi Jambi.

Fakta Tentang Gunung Kerinci

Beberapa fakta tentang gunung Kerinci sebagai berikut:

  • Gunung berapi tertinggi di Indonesia dan gunung berapi tertinggi di asia tenggara.
  • Gunung Kerinci dikenal juga dengan nama, Puncak Indrapura, Gunung Gadang, Berapi Kurinci dan Korinci.
  • Berada di Taman Nasional Kerinci Seblat yang merupakan taman nasional terbesar di Indonesia.
  • Gunung Kerinci berjenis Strato Vulcano
  • Berada dalam kawasan konservasi Taman Nasional Kerinci Seblat yang ditetapkan sebagai daerah konservasi pada 14 Oktober 1982.
  • Salah satu world Heritage Site, untuk Tropical Rainforest Heritage of Sumatra.

Jalur Pendakian

Gunung Kerinci adalah merupakan salah satu gunung favorit bagi pendaki, dan keadaan jalan setapak di gunung ini juga sudah jelas dan mudah di ikuti. Pendakian awal dari desa Kersik Tuo berikut gambaran medan pendakiannya:

Etape desa Kersik Tuo – Pintu Rimba.
Dari desa Kersik Tuo masuk menuju kaki gunung Kerinci yang ditandai dengan Tugu Macan Sumatera kemudian melewati kebun teh milik PTPN VIII dan perladangan penduduk. Untuk etape ini jalan beraspal dan bisa ditempuh kendaraan beroda empat. Ada baiknya menyewa pick up terbuka sehingga bisa memperpendek waktu tempuh dan menghemat tenaga. Waktu tempuh dengan menggunakan kendaraan kurang lebih dua puluh menit. Ditengah perjalanan tepatnya sibelah kanan jalan ada pondok R10 berada pada ketinggian 1.611 m dari permukaan laut yang merupakan posko dari petugas balai taman nasional, akan tetapi hanya berupa posko bukan tempat pengurusan perijinan pendakian. Pintu Rimba sendiri adalah berupa perbatasan antara perladangan penduduk dengan hutan. Pintu Rimba ini berada pada ketinggian 1.800 m dari permukaan laut

Etape Pintu Rimba – Bangku Panjang
Etape ini dimulai berjalan memasuki hutan dan keadaan jalan setapak tidak begitu menanjak memasuki hutan heterogen, sekitar 30 menit kemudian kita akan sampai di Bangku Panjang yang berada pada ketinggian 1.909 m dari permukaan laut, di sini ada puing-puing rerutuhan bangunan. Tidak jauh dari sini sekitar 200 meter ada sumber air yang berlokasi disebelah kiri jika kita menghadap ke gunung Kerinci. Jarak dari Pintu Rimba hingga ke Bangku Panjang ini kurang lebih 2 km.

Etape Bangku Panjang – Batu Lumut
Dari Bangku Panjang menuju perhentian berikutnya yaitu Batu Lumut, masih melewati jalan setapak yang relatif landai hutan lebat yang merupakan perwakilan dari tipe hutan hujan khas dataran rendah hingga hutan ekosistem sub alpin. Jarak tempuh menuju Batu Lumut kurang lebih 2 km dengan waktu tempuh sekitar 30 menit. Batu Lumut berada pada ketinggian 2.000 m dari permukaan laut, dilokasi ini tidak ada bangunan pondok atau sejenisnya hanya sebuah bangunan semen yang berbentuk seperti fondasi bangunan. Di sini terdapat sumber air endapan yang memang merupakan sungai konterporer yang hanya berair di musim hujan saja.

Etape Batu Lumut – Selter I
Melewati Batu Lumut menuju shelter I, jalan setapak mulai menanjak tajam, hutan semakin rapat dengan pohon-pohon yang besar-besar, etape ini cukup panjang, berjarak kurang lebih 3 km dengan waktu tempuh sekitar 2 sampai 2.5 jam. Di Shelter I ini terdapat sebuah pondok akan tetapi sudah rubuh, juga terdapat sebuah pohon yang besar, hanya bisa memuat dua buah tenda. Dari lokasi ini sedikit terbuka sehingga kita bisa melihat kebawah kearah perkebunan teh desa Kersik Tuo. Tidak jauh dari shelter ini tepatnya di sebelah kiri jalur setapak saat mendaki terdapat juga sumber air endapan yang hanya berisi air saat musim hujan. Shelter I berada pada ketinggian 2.225 m dari permukaan laut dan berada pada posisi 1° 43’ 13.0” LS dan 101° 15’ 48.1” BT.

Etape Shelter I – Shelter II
Selepas Shelter I jalur pendakian menuju Shelter II semakin menanjak dan semakin terjal, pepohonan mulai sedikit jarang. Terkadang pendaki harus berpegangan pada akar pohon agar bisa melewati sebuah tanjakan di etape ini. Pada etape ini merupakan batas vegetasi hutan hujan tropis dengan derah tundra yang banyak ditumbuhi oleh tanaman khas sup alpin. Perjalanan dari Shelter I menuju Shelter II ini berjarak waktu tempuh sekitar 2.5 jam dan berada pada ketinggian 3.057 m dari permukaan laut. Shelter II ini merupakan area yang cocok untuk mendirikan tenda. Disini terdapat sebuah pondok yang hanya tinggal tiang-tiang besinya saja. Dahulu lokasi shelter II ini dikenal dengan sebutan Pondok Berangin. Karena dulu di lokasi ini cukup terbuka, saat ini lokasi shelter II sudah rimbun oleh pepohonan membuat lokasi campnya cukup terlindung dari angin. Sumber air berupa genangan dari resapan air bisa ditemukan disini namun untuk mencapainya harus menuruni jalur lintasan yang sempit dan curam sejauh 20 meter yang berada dibawah lokasi camp. Shelter II ini berada pada ketinggian 3.056 m dari permukaan laut serta pada posisi 1° 42’ 35.1” LS dan 101° 16’ 04.8” BT.

Etape Shelter II – Shelter III

Etape jalur trekk dari Shleter II menuju Shelter III ini sangat terjal dan berbentuk seperti saluran air dan diatasnya ditumbuhi oleh tumbuhan sup alpine sehinga mirip gorong-gorong atau mirip terowongan. Terkadang harus membungkuk untuk melewatinya jika membawa ransel besar. Kiri kanan di batasi oleh dinding tanah. Sekitar 1 jam pedaki harus berjuang melewati etape ini dan tak lama kemudian akan sampai disebuah tanah yang datar dan cukup luas. Ini adalah Shelter III, berada pada ketinggian 3.319 m dari permukaan laut dan pada posisi 1° 42’ 20.6” LS dan 101° 16’ 02.0” BT. Shelter III ini adalah lokasi camp terakhir bagi pendaki, kondisi medannya yang terbuka membuat pemandangan desa dan perkebunan serta danau di puncak Gunung Tujuh jelas terlihat, namun angin bertiup cukup kencang disini. Jika berencana untuk mendirikan tenda di shelter ini hendaknya tenda yang dibawa adalah tenda yang memenuhi peryaratan pendakian gunung. Shelter III ini cukup luas bisa menapung 5 hingga 7 tenda. Di sebelah kiri dari posisi shelter jika kita menghadap ke puncak gunung Kerinci ada lokasi sumber air yang berasal dari rembesan air, poisinya turun curam kebawah sekitar seratus meter lebih dari posisi camp.

Etape Shelter III – Puncak Kerinci

Dari shelter III menuju puncak Kerinci perjalanan kurang lebih hanya 1.5 jam, keadaan jalur trekk nya setelah melewati batas vegetasi berupa batuan cadas dan terbuka serta cukup terjal. Jika terjadi badai di daerah ini akan sangat terasa kencang sekali, beberapa laporan dari pendaki yang pernah mengalami badai kencang di jalur ini mengatakan sangking kencangnya hingga terkadang kerikil pun berterbangan. Sebelum mencapai puncak kita akan bertemu dengan medan datar berpasir dan berbatu-batu, disini terdapat beberapa inmemoriam atau tugu peringatan untuk para pendaki yang meninggal di gunung ini. Dari sini kembali medan pendakian terjal berbatu dan setelah melewati tanjakan terakhir ini maka kita akan sampai di puncak Gunung Kerinci yang berketinggian 3.805 meter dari permukaan laut.

Penampang 3D Gunung Kerinci

Peta rute pendakian
Note: klik menu kanan atas peta untuk mengubah jenis tampilan peta.